tugas 1 Metode Penelitian
ARTIKEL
METODE PENELITIAN ILMIAH
DAN NON ILMIAH
Dosen Pengampu : Ibnu Sani Wijaya S.Kom M.S.I
Nama :
Alya Triandiani Eshamsye (8040170243)
Kelas : 07PS5
STIKOM DINAMIKA BANGSA JAMBI
2019
Pendekatan
Ilmiah dan Pendekatan Non Ilmiah
A. Pendekatan
Ilmiah
Pendekatan
ilmiah adalah pendekatan disipliner dan pendekatan ilmu pengetahuan yang
fungsional terhadap masalah tertentu. (Kamus Besar Bahasa Indonesia; PN Balai
Pustaka, 1989). Pendekatan ilmiah wujudnya adalah metode ilmiah. Metode ilmiah
merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu
merupakan pengetahuan yang didapat lewat metode ilmiah.
Menurut Checkland
(1993), berdasarkan sejarah perkembangan ilmu, didapatkan tiga karakteristik utama dari pendekatan ilmiah, yaitu:
1. Reductionism
1. Reductionism
Reductionism
adalah pendekatan yang mereduksi kompleksitas permasalahan menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil, sehingga dapat dengan mudah diamati dan
diteliti. Pendekatan analitikal adalah nama lain dari reductionism, yaitu
mencoba untuk mencari unsur-unsur yang menjelaskan fenomena tersebut dengan
hukum sebab akibat. Asumsi dari reductionism ini adalah bahwa fenomena
keseluruhan dapat dijelaskan dengan mengetahui fenomena dari unsur-unsurnya.
Ada satu istilah yang sering digunakan dalam hal ini, yaitu keseluruhan adalah
merupakan hasil penjumlahan dari unsur-unsurnya. Oleh karena itu, berfikir
linier adalah juga merupakan nama lain dari reductionism.
2. Repeatability
Sifat
kedua dari ilmu adalah repeatability, yaitu suatu pengetahuan disebut ilmu,
bila pengetahuan tersebut dapat dicheck dengan mengulang eksperimen atau
penelitian yang dilakukan oleh orang lain di tempat dan waktu yang berbeda.
Sifat ini akan menghasilkan suatu pengetahuan yang bebas dari subyektifitas,
emosi, dan kepentingan. Ini didasarkan pada pemahaman bahwa ilmu adalah
pengetahuan milik umum, sehingga setiap orang yang berkepentingan harus dapat
mengecheck kebenarannya dengan mengulang eksperimen atau penelitian yang
dilakukan.
3.
Refutation
Sifat
ilmu yang ketiga adalah refutation. Sifat ini mensyaratkan bahwa suatu ilmu
harus memuat informasi yang dapat ditolak kebenarannya oleh orang lain. Suatu
pernyataan bahwa besok mungkin hujan atau pun tidak, memuat informasi yang
tidak layak untuk disebut ilmu, karena tidak dapat ditolak. Ilmu adalah
pengetahuan yang memiliki resiko untuk ditolak, sehingga ilmu adalah
pengetahuan yang dapat berkembang, sebagai contoh Teori Newton ditolak oleh
Eisntein sehingga menghasilkan teori baru tentang relativitas. (Blog. Juli 12,
2008 ).
Metode
ilmiah merupakan ekspresi cara bekerja pikiran. Sistematika dalam metode ilmiah
sesungguhnya merupakan manifestasi dari alur berpikir yang dipergunakan untuk
menganalisis suatu permasalahan. Alur berpikir dalam metode ilmiah memberi
pedoman kepada para ilmuwan dalam memecahkan persoalan menurut integritas
berpikir deduktif dan
induktif.
Berfikir
deduktif adalah proses pengambilan kesimpulan berdasarkan premis-premis yang kebenarannya
telah ditentukan. Metode deduktif menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah
yang dimulai dari hal-hal yang bersifat umum kemudian ditarik kesimpulan kepada
yang khusus. Sedangkan berfikir induktif adalah penalaran yang mengambil
contoh-contoh khusus yang khas untuk kemudian diambil kesimpulan yang lebih
umum.
Metode
induktif menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah metode yang digunakan
menarik kesimpulan dari hal yang khusus untuk menuju kepada kesimpulan bersifat
umum.
Metode ilmiah merupakan gabungan dari pendekatan rasional dengan pendekatan empiris. Secara rasional maka ilmu menyusun pengetahuan secara konsisten dan komulatif, sedangkan secara empiris ilmu memisahkan antara pengetahuan yang sesuai fakta dengan yang tidak.
Alur berfikir yang tercakup dalam metode ilmiah dapat dijabarkan dalam beberapa langkah yang mencerminkan tahap-tahap dalam kegiatan ilmiah.
Metode ilmiah merupakan gabungan dari pendekatan rasional dengan pendekatan empiris. Secara rasional maka ilmu menyusun pengetahuan secara konsisten dan komulatif, sedangkan secara empiris ilmu memisahkan antara pengetahuan yang sesuai fakta dengan yang tidak.
Alur berfikir yang tercakup dalam metode ilmiah dapat dijabarkan dalam beberapa langkah yang mencerminkan tahap-tahap dalam kegiatan ilmiah.
Kerangka berfikir
ilmiah yang berintikan proses logico-hypotetico-verifikasi ini pada dasarnya
terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut.
1) Perumusan masalah.
2) Penyusunan kerangka berfikir dalam penyusunan hipotesis.
3) Perumusan hipotesis
4) Pengujian hipotesis
5) Penarikan kesimpulan
1) Perumusan masalah.
2) Penyusunan kerangka berfikir dalam penyusunan hipotesis.
3) Perumusan hipotesis
4) Pengujian hipotesis
5) Penarikan kesimpulan
Keseluruhan
langkah ini harus ditempuh agar suatu penelaahan dapat disebut ilmiah. Hubungan
langkah yang satu dengan yang lainnya bersifat dinamis dengan proses pengkajian
ilmiah yang tidak semata mengandalkan penalaran melainkan juga imajinasi dan
kreativitas. Langkah-langkah tersebut harus dianggap sebagai patokan utama
walaupun dalam penelitian yang sesungguhnya mungkin saja berkembang berbagai
variasi sesuai dengan bidang dan permasalahan yang diteliti.
Metode
ilmiah ini penting bukan saja dalam proses penemuan pengetahuan namun
lebih-lebih lagi dalam mengkomunikasikan penemuan ilmiah tersebut kepada
masyarakat ilmuwan. Metode ilmiah ini pada dasarnya sama bagi semua disiplin
keilmuan baik yang termasuk ke dalam ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial.
Walaupun ada perbedaan dalam kedua kelompok keilmuan tersebut sekedar terletak
pada aspek-aspek tekniknya bukan pada stuktur berfikir atau aspek
metodologisnya.
Syarat-syarat/kriteria
agar suatu penelitian dikatakan sebagai Penelitian Ilmiah
Sifat atau ciri dari
penelitian:
1.
Pasif, hanya ingin memperoleh gambaran
tentang suatu keadaan atau persoalan.
2.
Aktif, ingin memecahkan suatu persoalan
atau menguji suatu hipotesa
3.
Posisi penelitian sendiri pada umumnya
adalah menghubungkan:
1) Keinginan manusia,
1) Keinginan manusia,
2)
Permasalahan yang timbul,
3)
Ilmu pengetahuan, dan
4)
Metode ilmiah.
Ciri-ciri pendekatan
ilmiah
adalah:
a. Purposiveness, fokus tujuan yang jelas.
a. Purposiveness, fokus tujuan yang jelas.
b. Rigor, teliti,
memiliki dasar teori dan disain metodologi yang baik.
c. Testibility, prosedur pengujian hipotesis jelas.
d. Replicability, Pengujian dapat diulang untuk kasus yang sama atau yang sejenis.
e. Objectivity, Berdasarkan fakta dari data actual, tidak subjektif dan emosional.
f. Generalizability, Semakin luas ruang lingkup penggunaan hasilnya semakin berguna.
g. Precision, Mendekati realitas dan confidence peluang kejadian dari estimasi.
c. Testibility, prosedur pengujian hipotesis jelas.
d. Replicability, Pengujian dapat diulang untuk kasus yang sama atau yang sejenis.
e. Objectivity, Berdasarkan fakta dari data actual, tidak subjektif dan emosional.
f. Generalizability, Semakin luas ruang lingkup penggunaan hasilnya semakin berguna.
g. Precision, Mendekati realitas dan confidence peluang kejadian dari estimasi.
h. Parsimony,
Kesederhanaan dalam pemaparan masalah dan metode penelitiannya.
Penelitian yang
dilakukan dengan metode ilmiah disebut penelitian ilmiah. Suatu penelitian
harus memenuhi beberapa karakteristik untuk dapat dikatakan sebagai penelitian
ilmiah. Umumnya ada lima karakteristik
penelitian ilmiah, yaitu :
·
Sistematik
Berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan sesuai pola dan kaidah yang benar, dari yang mudah dan sederhana sampai yang kompleks.
Berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan sesuai pola dan kaidah yang benar, dari yang mudah dan sederhana sampai yang kompleks.
·
Logis
Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan berdasarkan fakta empirik. Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut prosedur atau kaidah bekerjanya akal, yaitu logika. Prosedur penalaran yang dipakai bisa prosedur induktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan umum dari berbagai kasus individual (khusus) atau prosedur deduktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat umum.
Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan berdasarkan fakta empirik. Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut prosedur atau kaidah bekerjanya akal, yaitu logika. Prosedur penalaran yang dipakai bisa prosedur induktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan umum dari berbagai kasus individual (khusus) atau prosedur deduktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat umum.
·
Empirik
artinya suatu penelitian biasanya didasarkan pada pengalaman sehari-hari yang ditemukan atau melalui hasil coba-coba yang kemudian diangkat sebagai hasil penelitian.
Landasan penelitian empirik ada tiga yaitu ; Hal-hal empirik selalu memiliki persamaan dan perbedaan (ada penggolongan atau perbandingan satu sama lain), Hal-hal empirik selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu dan Hal-hal empirik tidak bisa secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya (ada hubungan sebab akibat).
artinya suatu penelitian biasanya didasarkan pada pengalaman sehari-hari yang ditemukan atau melalui hasil coba-coba yang kemudian diangkat sebagai hasil penelitian.
Landasan penelitian empirik ada tiga yaitu ; Hal-hal empirik selalu memiliki persamaan dan perbedaan (ada penggolongan atau perbandingan satu sama lain), Hal-hal empirik selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu dan Hal-hal empirik tidak bisa secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya (ada hubungan sebab akibat).
·
Obyektif,
artinya suatu penelitian menjahui aspek-aspek subyektif yaitu tidak mencampurkannya dengan nilai-nilai etis
artinya suatu penelitian menjahui aspek-aspek subyektif yaitu tidak mencampurkannya dengan nilai-nilai etis
·
Replikatif,
artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus diuji kembali oleh peneliti lain dan harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan dengan metode, kriteria, dan kondisi yang sama. Agar bersifat replikatif, penyusunan definisi operasional variabel menjadi langkah penting bagi seorang peneliti.
artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus diuji kembali oleh peneliti lain dan harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan dengan metode, kriteria, dan kondisi yang sama. Agar bersifat replikatif, penyusunan definisi operasional variabel menjadi langkah penting bagi seorang peneliti.
Contoh
Pendekatan Ilmiah :
Galileo dapat dianggaptokoh perintis ilmu pengatahuan khususnya ilmu
pengetahuan alam karena ia berani manentang kepercayaan yang ada di masa
ituyang berlawanan dengan hasil pengamatan. Ia mengajarkan pada murid-muridnya
untuk tidak begitu saja mempercayai ajaran Aristoteles dan hendaknya melakukan
eksperimen serta membuat kesimpulan atas hasil obsevasinya itu. Singkatnya,
Galileo mendambakan kebenaran yang objektif atas dasar empiri.
Melalui teropongnya, Galileo menemukan adanya
gunung-gnung di bulan. Pengetaahuan ini tidaak hanya berlaku bagi Galileo
tetepi setiap orang bila menggunkan teropong yang sama dengan cara yang sama
akan memperoleh pengetahuan yang sama, yaitu bulan ada gunung-gunung.
B. Pendekatan
Non Ilmiah
Metode
non ilmiah merupakan suatu cara yang digunakan untuk memecahkan masalah. Namun
dalam pemecahan masalah tersebut hanya berdasarkan pada pendapat
atau anggapan dari para ahli pikir atau dari para penguasa yang dianggap benar.
Padahal anggapan itu belum tentu dapat dibuktikan kebenarannya.
Contoh Pendekatan Non Ilmiah :
Mitos yang beredar dimasyarakat, salah satunya adalah jika
seorang perempuan yang telah menikah memelihara kucing, maka akan susah
mendapatkan anak.
Ada beberapa kelemahan yang
diungkapkan Bambang dan Lina (2005:5) yakni:
1.
Pengetahuan yang didapat cenderung tidak akurat dan bersifat
terbatas
2.
Pengetahuan yang didapat cenderung digeneralisasikan ke
tingkatan yang lebih umum, tanpa melalui sebuah proses yang dapat
dipertanggungjawabkan.
3.
Pengetahuan yang didapat dimungkinkan sebagai sebuah hasil
rekayasa demi kepentingan mempertahankan ‘kebenaran’ pengetahuan yang ada.
4.
Pengetahuan yang didapat sulit dibebaskan dari kepentingan
subjektif
5.
Pengetahuan yang didapat masih memberikan ruang bagi nuansa
mistik yang secara rasional dan logika sulit untuk dipertanggungjawabkan.
Pada akhirnya, pengetahuan yang
didapat dengan cara tidak ilmiah ini cenderung untuk mengambil jalan pintas
tanpa memperhatikan proses bagaimana munculnya pengetahuan tersebut. Ada
beberapa cara dalam menemukan sesuatu melalui pendekatan non ilmiah, seperti:
akal sehat, prasangka, intuisi, penemuan kebetulan dan coba-coba serta pendapat
otoritas ilmiah dan fikiran kritis.
Ada
beberapa pendekatan metode non ilmiah yang banyak digunakan, yaitu; pendapat
otoritas, pengalaman, penemuan secara kebetulan dan coba-coba (Trial and
Error), metode a priori dan sebagainya.
a. Pendapat
Otoritas
Pendapat
otoritas ilmiah berasal dari orang-orang yang biasanya telah menempuh
pendidikan formal tertinggi atau orang yang telah mempunyai pengalaman kerja
ilmiah dalam suatu bidang/ilmu. Pendapat-pendapat mereka sering diterima orang
tanpa diuji; selalu dipandang benar.
Kadang-kadang
ada pendapat yang tidak benar namun karena merupakan pendapat orang yang
mempunyai wewenang, orang awan menganggap pendapat itu suatau kebenaran.
Sejarah membuktikan bahwa sebelum diperkenalkan teori Copernicus, orang percaya
bahwa matahari adalah satelit dari bumi. Bumi adalah pusat dari alam semesta.
Copernicus dan kawan-kawanya dengan gigih membuktikan teori baru yang sekarang
dipercaya kebenarannya bahwa sebenarnya bumi dan satelit-satelit yang lainya
berbutar mengelilingi matahari. Ini sekaligus mengakhiri teori salah yang telah
sekian lama selalu dianggap benar karena teori itu berasal dari orang yang
memiliki wewenang.
b. Pengalaman
Untuk
memperoleh sesuatu yang mereka inginkan manusia seringkali menggunakan
pengalaman-pengalamannya. Contoh misalnya anak kecil kerapkali menggunakan
pengalaman-pengalamannya untuk mendapatkan sesuatu yang dikehendaki dari orang
tuanya. Misalnya; anak kecil menggunakan pengalamanya bahwa kalau ia selalu
patuh terhadap orang tua dan berprestasi selalu mendapat ganjaran dari orang
tuanya. Sebaliknya, kalau ia tidak patuh dan tidak berprestasi ia kena marah.
Dengan pengalaman-pengalaman seperti itu, anak-anak cenderung patuh dan ingin
mendapatkan prestasi yang setinggi-tingginya agar memperoleh pujian dan
ganjaran dari orang tuanya.
c. Penemuan
Coba-coba ( Trial and Error )
Penemuan
secara kebetulan banyak terjadi dan banyak diantaranya sangat berguna,
Misalnya, Newton menemukan hukum grafitasi bumi waktu ia secara kebetulan
melihat buah apel yang jatuh. Archimedes, menemukan dalil Archimedes yang
sangat terkenal itu sewaktu ia mandi berendam dalam suatu bak yang
penuh air. Ada seorang penderita malaria yang secara kebetulan menemukan obat
penyakitnya pada waktu mandi dikolam yang berisi air pahit yang berasal dari
kulit pohon kina yang pohonya tumbang ke dalam parit. Penemuan-penemuan seperti
itu di peroleh tanpa rencana, tidak pasti, dan tidak melalui langkah-langkah
yang sistimati dan terkendali.
Penemuan
coba-coba ( trial and error ) di peroleh tanpa kepastian untuk memperoleh suatu
kondisi tertentu untuk pemecahan suatu masalah. Usaha seperti ini umumnya
merupakan serangkaian percobaan tanpa arah dan tanpa keyakinan yang pasti untuk
suatu pemecahan masalah. Pemecahan terjadi secara kebetulan setelah dilakukan
serangkaian usaha coba-coba. Penemuan tersebut pada umumnya tidak efisien dan
tidak terkontrol.
d. Metode
A Priori
Metoda
a priori juga disebut metoda intuisi. Dalam pendekatan ini orang menentukan
pendapat mengenai sesuatu berdasar atas pengetahuan yang langsung ( didapat
dengan cepat tanpa proses dan pemikiran yang matang). Dalil-dalil dan
kesimpulan yang diterima menurut metode tersebut semata-mata berdasar alasan
yang tidak dipertimbangkan dengan pengalaman.
Ciri-ciri metode Non Ilmiah
1. Fakta
yang disimpilkan subyektif
2. Tidak
memuat hipotesis
3. Bersifat
imajinatif
4. Situasi
dramatisir
5. Tanpa
dukungan bukti
Perbedaan
Pendekatan Ilmiah dengan Pendekatan Non Ilmiah
Pendekatan Ilmiah :
-
Perumusan masalah jelas dan spesifik.
-
Masalah merupakan hal yang dapat diamati
dan diukur secara empiris
-
Jawaban permasalahan didasarkan pada
data
-
Proses pengumpulan dan analisis data,
serta pengambilan keputusan berdasarkan logika yang benar.
-
Kesimpulan yang didapat siap/terbuka
untuk diuji oleh orang lain.
Pendekatan
Non Ilmiah :
-
Perumusan masalah yang kabur atau
abstrak.
-
Masalah tidak selalu diukur secara
empiris dan dapat bersifat supranatural/dogmatis.
-
Jawaban tidak diperoleh dari hasil
pengamatan data di lapangan.
-
Keputusan tidak didasarkan pada hasil
pengumpulan data dan analisis data secara logis.
-
Kesimpulan tidak dibuat untuk diuji
ulang oleh orang lain.
REFERENCES
Comments
Post a Comment