TUGAS 4 : CONTOH PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
Proposal Penelitian Kualitatif
PERSEPSI MAHASISWA ILMU KOMUNIKASI
USM TERHADAP TAYANGAN KEKERASAN DAN KETIDAKSENONOHAN PADA ANIME
DISUSUN OLEH:
MUHAMMAD IZZAUL HAQUE
G.311.13.0047
PROGRAM STUDI S1-ILMU KOMUNIKASI
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN
KOMUNIKASI
UNIVERSITAS SEMARANG
SEMARANG
2015
DAFTAR ISI
COVER............................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI....................................................................................................................... 2
I.
PEDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................. 3
B. Perumusan Masalah..................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian......................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian....................................................................................... 5
II.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Persepsi ....................................................................................................... 7
2. Menonton Tayangan.................................................................................... 7
3. Kekerasan.................................................................................................... 7
4. Ketidaksenonohan ...................................................................................... 8
5. Kerangka Berfikir........................................................................................ 9
III.
METODOLOGI
PENELITIAN
1. Lokasi Studi Penelitian.............................................................................. 10
2. Bentuk dan Strategi Penelitian.................................................................. 10
3. Sumber Data.............................................................................................. 11
4. Teknik Cuplikan......................................................................................... 11
5. Teknik Pengumpulan Data......................................................................... 11
6. Pengembangan Validitas........................................................................... 11
7. Teknik Analisis.......................................................................................... 12
8.
Prosedur Kegiatan..................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 14
(Studi
Kasus Persepsi Mahasiswa Ilmu Komunikasi USM Terhadap Tayangan Kekerasan dan
Konten Pornografi dalam Anime One Piece)
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Budaya
pop Jepang seperti manga (komik Jepang) dan anime (kartun Jepang) sudah sangat
populer di dunia sejak tahun 1970 hingga 1980-an. Era ini bermula saat
perilisan anime legendaris seperti Astro Boy, Mobile Suit Gundam dan Dragon
Ball. Budaya pop Jepang Animanga (anime dan manga) terus menyebar ke berbagai belahan
dunia dan mulai dikenal oleh masyarakat luas.
Di
Indonesia sendiri anime pertama kali masuk melalui tayangan di TVRI pada tahun
1970-an yang pada saat itu menayangkan anime berjudul ‘Wanpaku Omukashi
Kum-Kum’, yang tayang sekali seminggu pada Minggu sore hari. Memasuki awal
tahun 1980-an dan 1990-an perkembangan anime yang tayang di Indonesia pun
semakin banyak. Sejak disahkannya aturan tentang kepemilikan televisi swasta
pada tahun 1989 muncullah berbagai stasiun televisi swasta seperti RCTI, SCTV,
TPI yang menawarkan berbagai acara termasuk juga acara anime. Di era tahun 1990
hingga awal tahun 2000-an bisa dikatakan menjadi tahun-tahun emas penayangan
anime di pertelevisian Indonesia. Setiap Minggu pagi hingga menjelang sore
banyak Stasiun televisi yang menayangkan anime hingga ada berbagai anime yang
terkenal sampai sekarang seperti Doraemon, Detective Conan, One Piece, Dragon
Ball, Saint Seiya, Sailor Moon, Captain Tsubasa, Crayon Shinchan, dan
lain-lain.
Selanjutnya,
jalan cerita anime Jepang sendiri pada umumnya memang berbeda dengan animasi
buatan Amerika dan Eropa, yang monoton dan berlatar belakang cerita umum,
membuat banyak tayangan anime digemari oleh masyarakat Indonesia, terutama anak
muda. Genre anime sendiri memang sudah dikelas-kelaskan atau dibagi-bagi
menurut segmentasi penontonnya. Ada segmentasi anime yang dikhususkan untuk
anak kecil, remaja, hingga orang dewasa. Jadi, persepsi jika anime itu hanya
tontonan untuk anak kecil saja sebenarnya salah, karena ada banyak sekali
tayangan anime yang dibuat untuk segmentasi dewasa dengan berbagai unsur
kekerasan dan ketidaksenonohan (pornografi) sehingga tidak pantas ditonton oleh
anak kecil.
Lalu,
One Piece sendiri adalah salah satu anime legendaris yang diangkat dari manga
karangan Eiichiro Oda yang bercerita mengenai sekelompok bajak laut yang
dipimpin oleh Monkey D. Luffy yang pergi mencari harta karun legendaris bernama
One Piece. Luffy menjadi manusia karet yang memiliki kekuatan memanjangkan
tubuhnya setelah secara tak sengaja memakan buah Gomu Gomu, salah satu dari
buah iblis. Selama perjalanan Luffy banyak bertemu dengan teman baru dan musuh
yang beragam.
Manga
One Piece dimulai pada 1997 di Shonen Jump terbitan Shueisha dan hingga kini
masih terus berlanjut. Versi televisinya sendiri dimulai pada bulan Oktober
tahun 1999. Di Indonesia manga ini diterbitkan Elex Media Komputindo dan hingga
kini telah mencapai jilid ke 60 lebih. Versi televisinya, yang diproduksi Toei,
telah mencapai lebih dari 700 episode di Jepang. Sampai saat ini, One Piece
telah mengeluarkan 12 film, yang terakhir dirilis pada tanggal 15 Desember
2012. Di Indonesia sendiri serial anime One Piece pernah ditayangkan di RCTI
dan Global TV.
Pada
bulan Februari tahun 2005, One Piece mencetak rekor di Jepang sebagai penerbitan
manga yang tercepat mencapai angka 100.000.000,00 eksemplar. Hingga saat ini
One Piece adalah salah satu manga paling laris sepanjang sejarah di Jepang
dengan penjualan lebih dari 260 juta kopi. Selain itu One Piece juga memecahkan
rekor sebagai manga dengan cetakan pertama terbanyak. One Piece banyak mendapat
pujian di antara para pembaca, terutama dalam hal gambar, karakter, humor, dan
cerita.
Kemudian,
dalam anime One Piece ini banyak sekali alur cerita yang menampilkan adegan
kekerasan lewat pertarungan antar tokoh dalam cerita dan juga banyak sekali
menampilkan tokoh-tokoh perempuan yang biasanya ditampilkan dengan balutan
busana seksi, seperti bikini atau pakaian renang lainnya. Hingga penayangan One
Piece pernah ditegur oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) karena dianggap
tidak pantas ditonton oleh anak-anak karena mengandung unsur kekerasan, apalagi
pada saat penayangan One Piece ini pada hari Minggu pagi dimana banyak anak
kecil yang menonton televisi pada jam-jam tersebut.
Bila
kita lihat lebih dalam lagi, sebetulnya memang One Piece sendiri sejak awalnya
memiliki segmentasi pembaca dan penonton dari kalangan remaja hingga dewasa,
jadi wajar saja banyak sekali konten-konten kekerasan dan pornografi yang
disisipkan dalam jalan ceritanya. Namun, di Indonesia sendiri segmentasi baik
dalam bentuk bacaan maupun tontonan sering kali bias. Sering kali tontonan yang
ditujukkan untuk kalangan dewasa bisa dengan bebas tayang di prime time
televisi yang mana tontonan tersebut sering berlabelkan Semua Umur (SU). Dalam
kasus One Piece sendiri pihak yang menayangkan seperti RCTI dan Global Tv
sering kali tidak menampilkan label tayangan, apakah itu Remaja Bimbingan Orang
Tua (R-BO) atau Remaja (R) ataupun Dewasa (D). Jadi, tidak bisa disalahkan bila
ada anak-anak yang melihat tayangan One Piece karena ketidakjelasan pelabelan
tayangan.
Walaupun
One Piece memiliki banyak pro dan kontra dalam penayangannya, anime ini bisa
menjadi salah satu gambaran bagaimana perkembangan anime di Jepang dan dunia.
Mulai dari aspek cerita, visual, dan segi keunikan anime Jepang bisa
digambarkan oleh One Piece. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui
lebih jauh mengenai bagaimana persepsi mahasiswa, khususnya mahasiswa Ilmu
Komunikasi USM tentang anime One Piece. Dengan berbagai konten kekerasan dan
ketidaksenonohan yang ada di dalam One Piece, lalu bagaimana penilaian
mahasiswa Ilmu Komunikasi terhadap tayangan tersebut. Peneliti akan mengambil
sampel dari mahasiswa Ilmu Komunikasi karena menganggap mahasiswa sebagai
bagian dari masyarakat yang cukup matang dalam menilai karena dasar akademis
yang cukup dan khususnya mahasiswa Ilmu Komunikasi yang sepatutnya memahami
mengenai dunia penyiaran. Sehingga bisa menimbang bagaimana suatu acara yang
baik dan buruk menurut kacamata akademisi.
B. Perumusan Masalah
Masalah
yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
1.
Bagaimana kondisi penyiaran anime di Indonesia saat ini?
2.
Bagaimana mahasiswa melihat anime secara umum?
3.
Bagaimana persepsi mahasiswa melihat maraknya penyebaran anime melalui dunia
maya (internet)?
4.
Bagaimana persepsi mahasiswa Ilmu Komunikasi USM terhadap konten kekerasan dan
pornografi yang terkandung di dalam anime One Piece?
C. Tujuan Penelitian
Dalam
penelitian ini, tujuan penelitian yang diharapkan dan menjadi hasil keluaran
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui bagaimana kondisi tayangan di Indonesia saat ini
2.
Untuk mengetahui bagaimana mahasiwa melihat anime secara garis besar
3.
Mengetahui bagaimana mahasiswa melihat penyebaran anime di internet yang
biasanya berbentuk ilegal
4.
Mengetahui Persepsi mahasiswa Ilmu Komunikasi USM terhadap tayangan kekerasan
dan ketidaksenonohan dalam anime One Piece
D. Manfaat Penelitian
Hasil
penelitian yang berupa kajian mendalam tentang bagaimana persepsi mahasiswa
Ilmu Komunikasi USM terhadap tayangan kekerasan dan ketidaksenonohan dalam
anime One Piece ini diharapkan bermanfaat:
1.
Secara teoritis, untuk memperluas pengetahuan dan memperdalam pemahaman
mengenai bidang kajian komunikasi kelompok. Lewat penelitian dalam kelompok
mahasiswa Ilmu Komunikasi USM yang menonton dan menggemari anime One Piece
2.
Secara praktis, sebagai bahan masukan untuk KPI dalam melihat anime secara umum
dan anime One Piece secara khusus bagaimana menanggapi konten kekerasan dan
ketidaksenonohan dalam One Piece. Dan sebagai pencerahan bersama dalam melihat
tayangan One Piece.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam
penelitian ini, kata teori diartikan sebagai bentuk penjelasan atas suatu
fenomena. Teori dalam pengertian yang paling luas, seperti konsep, penjelasan,
dan ilmu-ilmu dari beberapa aspek pengalaman manusia (Littlejohn: 2009: 22).
Teori dibangun oleh para ahli untuk menunjukkan apa yang dipandang penting
dalam suatu proses keberlangsungan suatu fenomena ataupun realitas.
Semua
teori merupakan abstraksi. Mereka selalu mengurangi pengalaman menjadi sebuah
bentuk kategori-kategori dan sebagai hasilnya selalu meninggalkan sesuatu.
Sebuah teori memfokuskan perhatian kita pada sesuatu-pola, hubungan, variabel-
dan mengabaikan lainnya. kebenaran mutlak ini penting karena mengungkapkan
kekurangan dasar dari teori apapun. Tidak ada teori yang akan mengungkapkan
semua “kebenaran” atau mampu untuk benar-benar menyampaikan subjek atau
penelitiannya. Teori-teori berfungsi sebagai panduan yang membantu untuk
memahami, menjelaskan, mengartikan, menilai dan menyampaikan (Littlejohn: 2009:
22).
Teori
merupakan tafsiran, sehingga mempertanyakan kegunaan sebuah teori lebih
bijaksana daripada mempertanyakan kebenarannya. Kebenaran seperti apapun dapat
diperlihatkan melalui berbagai cara, tergantung pada orientasi ahli teorinya.
Sebuah teori menawarkan satu cara untuk menangkap “kebenaran” dari sebuah
fenomena; tetapi bukanlah satu-satunya cara untuk memandang fenomena tersebut.
1. Persepsi
Persepsi
adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Jalaluddin,
1985: 51). Saat kita meletakkan sebuah buku berjarak satu meter dari kita, kita
hanya bisa melihat huruf-huruf yang kabur dan tidak jelas. Mendekatlah dengan
buku dengan perlahan-lahan. Sekarang hurufnya semakin jelas, inilah sensasi.
Ketika kita melihat huruf, dan mulai merangkaikannya dalam kalimat dan
menangkap makna dari apa yang kit abaca, maka terjadilah persepsi. Persepsi
ialah memberikan makna pda stimuli inderawi. Hubungan sensasi dengan persepsi
sudah sangat jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu,
menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga
atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori (Desiderato dalam Jalaluddin: 1985:
51).
Persepsi
sendiri menurut David Krech dan Richard S. Crutchfield (dalam Jalaluddin: 1985:
51) ditentukan oleh faktor fungsional dan faktor struktural. (1) Faktor
fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lainnya
yang termasuk apa yang disebut sebagai faktor-faktor personal. Krech dan
Crutchfield merumuskan dalil persepsi yang pertama: “persepsi bersifat selektif
secara fungsional.” Dalil ini berarti bahwa objek-objek yang mendapat tekanan
dalam persepsi kita biasanya objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang
melakukan persepsi. Mereka memberikan contoh kebutuhan, kesiapan mental,
suasana emosional, dan latar belakang budaya terhadap persepsi. Kebutuhan
biologis menyebabkan persepsi yang berbeda. (2) Faktor struktural berasal dari
semata-mata dari sifat stimuli fisik dari efek-efek saraf yang ditimbulkannya
pada saraf individu. Menurut teori Gestalt, bila kita mempersepsikan sesuatu,
kita mempersepsikannya sebagai suatu keseluruhannya. Krech dan Crutchfield
merumuskan dalil persepsi yang kedua: “medan perseptual dan kognitif selalu
diorganisasikan dan diberi arti.” Kita mengorganisasikan stimuli dengan melihat
konteksnya. Walaupun stimuli yang kita terima itu tidak lengkap, kita akan
mengisinya dengan interpretasi yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang
kita persepsikan.
Persepsi
menurut Deddy Mulyana (2000: 180) adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran
(interpretasi) adalah inti persepsi, yang identik dengan penyandian-balik
(decoding) dalam proses komunikasi. Persepsi disebut inti komunikasi karena
jika persepsi kita tidak akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi dengan
efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan
pesan yang lain. Kenneth K. Sereno, Edward M. Bodaken, Judy C. Pearson dan Paul
E. Nelson (dalam Deddy Mulyana, 2000: 181) menyebutkan bahwa persepsi terdiri
dari tiga aktivitas, yaitu: seleksi, organisasi, dan interpretasi. Yang
dimaksud seleksi adalah mencakup sensasi (pengindraan) dan atensi (perhatian),
sedangkan organisasi melekat pada interpretasi, yang dapat didefinisikan
sebagai “meletakkan suatu rangsangan bersama rangsangan lainnya sehingga
menjadi suatu keseluruhan yang bermakna.”
2. Menonton Tayangan
Menonton
adalah proses persepsi yang terjadi karena adannya rangsangan terhadap panca
indera. Proses tersebut diawali oleh penafsiran terhdap masukan sensoris yang
dipengaruhi oleh pengalaman masa lampau seseorang yang melibatkan intelektualitas,
emosi, dan intensitas konsentrasi berfikir. Penggabungan dari semua unsur
tersebut menghasilkan persepsi yang diperoleh berasal dari objek yang berbentuk
film (Sudiana, 1986:11).
Lalu,
tayangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang ditayangkan
(dipertunjukkan). Tayangan adalah pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk
suara, gambar, atau suara dan gambar atau berbentuk grafis, karakter, baik yang
bersifat interaktif maupun tidak, yang dapat diterima melalui perangkat
penerimaan pesan dan siap dipertunjukkan.
3. Kekerasan
Kekerasan,
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti sifat atau hal yang keras,
kekuatan dan paksaan. Dalam bahasa Inggris, yang lebih lazim dipakai orang
Indonesia, disebut violence. Istilah violence berasal dari dua kata bahasa
Latin : vis yang berarti daya atau kekuatan; dan latus (bentuk penyempurnaan
dari kata kerja ferre) yang berarti (telah) membawa. Maka secara harafiah,
violence berarti membawa kekuatan, daya, dan paksaan.
Pengertian
mengenai kekerasan dibahas oleh Johan Galtung yang menyatakan bahwa kekerasan
terjadi saat ada penyalahgunaan sumber-sumber daya, wawasan dan hasil kemajuan
untuk tujuan lain atau dimonopoli oleh sekelompok orang tertentu. Yang menjadi
fokus dalam definisi tersebut adalah “sekelompok orang”. Ketika berbicara dalam
konteks Patriarkhi, maka yang dapat diartikan dengan “sekelompok orang”
tersebut adalah sekelompok orang yang berorietasi pada keuntungan laki-laki.
Selain itu, Galtung menyebutkan kekerasan dapat berbentuk sebagai kekerasan
fisik dan psikologis, walaupun keduanya dapat terjadi bersamaan. Dalam
uraiannya, Galtung menyebutkan bahwa sasaran dalam kekerasan fisik adalah tubuh
manusia. Sedangkan kekerasan psikologis berkaitan dengan kebohongan,
indoktrinasi, ancaman, tekanan yang berakibat pada meminimalisasi kemampuan
mental dan otak.
Dalam
kerangka kekerasan psikologis tersebut, memakai bingkai patriarkhis, dapat
dilihat bahwa telah terjadi pengkerdilan kemampuan perempuan secara spesifik,
melalui pembatasan kesempatan terhadap perempuan yang dalam hal ini berkaitan
dengan dominasi laki-laki dalam lingkup publik.
Kekerasan
mempunyai ciri khas pemaksaan, sedangkan pemaksaan dapat mengambil wujud
pemaksaan persuasif dan pemaksaan fisik, atau gabungan keduanya. Kemudian
pemaksaan berarti bahwa terjadi pelecehan terhadap kehendak pihak lain, yang
mengalami pelecehan hak-haknya secara total, eksistensinya sebagai manusia
dengan akal, rasa, kehendak, dan integritas tubuhnya tidak dipedulikan lagi.
Namun, disini peneliti ingin menekankan pada kekerasan yang terjadi dalam
konten tayangan anime One Piece, bukan kekerasan fisik secara langsung.
4. Ketidaksenonohan (Pornografi)
Ketidaksenonohan
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu hal yang tidak patut atau
tidak sopan (perkataan, perbuatan, dsb), tidak menentu atau tidak manis
dipandang (pakaian, dsb). Definisi pornografi yang berasal dari bahasa Yunani,
yaitu porne (pelacur) dan graphos (gambar atau tulisan) yang secara harafiah
berarti “tulisan atau gambar tentang pelacur”. Definisinya adalah “upaya
mengambil keuntungan, baik dengan memperdagangkan atau mempertontonkan
pornografi”. (Undang-Undang Pornografi, 2011).
Sedangkan
dalam Undang-undang No. 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi, mendefinisiakn
pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi,
gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan
lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka
umum, yang memuat kecabulan atau ekploitasi seksual yang melanggar norma
kesusilaan dalam masyarakat. Dalam Undang-undang pornografi terdapat pembatasan
perihal pornografi yaitu terdapat dalam Pasal 4 ayat (1) yang menyebutkan
sebagai berikut :
a.
Persenggamaan, termasuk persenggamaan yang menyimpang
b.
Kekerasan seksual
c.
Mastrubasi atau onani
d.
Ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan
e.
Alat kelamin, atau
f.
Pornografi anak.
5.
Anime
Anime
adalah animasi khas Jepang, yang biasanya dicirikan melalui gambar-gambar
berwarna-warni yang menampilkan tokoh-tokoh dalam berbagai macam lokasi dan
cerita, yang ditujukan pada beragam jenis penonton. Anime dipengaruhi gaya
gambar manga, komik khas Jepang.
Kata
anime tampil dalam bentuk tulisan dalam tiga karakter katakana a-ni-me yang
merupakan bahasa serapan dari bahasa Inggris "Animation" dan
diucapkan sebagai "Anime-shon "
5. Kerangka Berfikir
Kerangka berpikir dari
penelitian ini dapat dijabarkan dengan gambar di bawah ini :
Persepsi
mahasiswa terhadap tayangan anime One Piece ini akan terpengaruhi oleh
background dari mahasiswa Ilmu Komunikasi itu sendiri, seperti faktor ekonomi,
budaya, dan lain-lainnya. One Piece yang berisi konten kekerasan akan dianggap
biasa oleh mahasiswa yang memang memiliki background kehidupan yang lebih
“keras”, bila dibandingkan dengan penilaian dari mahasiswa yang memiliki
background keluarga yang biasa-biasa saja. Tayangan kekerasan dan
ketidaksenonohan yang ada di dalam One Piece pasti akan menimbulkan berbagai
macam persepsi yang masih “mentah”, dan setelah mendapatkan kematangan dalam
memproses informasi berupa background dari penonton anime One Piece itu
sendiri, akan timbul persepsi konklusi yang berupa penilaian mereka terhadap
anime One Piece tersebut. Apakah dianggap pantas untuk tayang dan ditonton atau
tidak.
3. METODOLOGI PENELITIAN
1. Lokasi Studi Penelitian
Penelitian
ini dilakukan di kota Semarang, khususnya di kampus Universitas Semarang di
Fakultas Teknologi, Informasi dan Komunikasi (FTIK) yang melibatkan mahasiswa
Ilmu Komunikasi. Nantinya dalam penelitian ini, peneliti akan mengambil sampel
3 mahasiswa Ilmu Komunikasi yang menggemari anime Jepang, terutama serial One
Piece.
2. Bentuk dan Strategi Penelitian
Berdasarkan
dari masalah yang diajukan dalam penelitian yang akan dilakukan ini yang lebih
menekankan pada proses (persepsi), maka jenis penelitian yang terbaik adalah
dengan penelitian kualitatif deskriptif. Dengan jenis penelitian ini, peneliti
bisa lebih leluasa dalam mencari informasi dalam mendukung data untuk
penelitian dan tidak adanya setingan dalam penelitian.
Strategi
yang digunakan adalah studi kasus, karena lokasi penelitian hanya satu, yakni
di kampus USM (Fakultas TIK), dan hanya menyangkut satu jurusan mahasiswa,
yakni Ilmu Komunikasi saja, maka strategi yang digunakan adalah studi kasus
tunggal terpancang. Disebut sebagai studi kasus tunggal terpancang karena
permasalahan dan fokus kasus penelitiannya sudah ditentukan lebih awal sebelum
peneliti turun ke lapangan.
Penelitian
ini juga dilakukan dengan menggunakan pendekatan fenomenologis, yang mana dalam
tradisi ini individu dituntut aktif dalam mengintepretasi
pengalaman-pengalamannya dan mencoba memahami dunia dengan pengalaman
pribadinya. Tradisi ini berpangku pada pengalaman sadar seseorang. Dengan
menganut kajian fenomenologis persepsi yang disampaikan oleh Maurice Merleau
Ponty (dalam Littlejohn, 2009: 58) yang memandang pengalaman itu subjektif
bukan objektif dan percaya bahwa subjektivitas merupakan bentuk penting dari
sebuah pengetahuan. Persepsi-persepsi dari narasumber adalah
kebenaran-kebenaran subjektif yang benar menurut pengalaman dari masing-masing
narasumber. Dari berbagai tafsiran yang ada nantinya akan dibuat satu
kesimpulan yang mencakup garis besar dari semua pandangan subjektif yang telah
dirangkum nantinya.
3. Sumber Data
Sumber
data dalam penelitian ini adalah lebih berfokus pada narasumber atau informan
yang berasal dari mahasiswa Ilmu Komunikasi USM yang tinggal di perumahan atau
kos-kosan, yang memiliki rentan waktu menonton anime minimal sekali seminggu,
karena jadwal anime tayang sekali seminggu.
4. Teknik Cuplikan
Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan teknik cuplikan selektif, yang mana
penelitian bersifat Purposive Sampling, karena sampel dipilih bukan untuk
mengeneralisasi simpulan, namun hanya diambil untuk mewakili informasi yang ada
saja. Sehingga peneliti akan memilih narasumber yang dianggap paling tahu dan
faham dengan masalah penelitian ini.
5. Teknik Pengumpulan Data
Ada
dua metode yang dilakukan dalam pengumpulan data untuk penelitian ini, yakni:
a.
Wawancara mendalam (in-depth interviewing)
Ini
dilakukan dengan narasuber terpilih dengan lentur dan terbuka dan tidak boleh
dibatasi oleh guidence yang menyebabkan constraint (pembatasan), hingga data
yang kita cari kita anggap tuntas
b.
Perekaman
Peneliti
akan menggunakan foto, vide, dan perekaman untuk mengumpulkan data di lapangan
bersama narasumber.
c.
Pencatatan data
Dilakukan
dengan pencatatan data narasumber seperti profil, fieldnote selama wawancara
dan catatan-catatan selama sesi wawancara yang nantinya akan seleksi sesuai
dengan kebutuhan data penelitian.
6. Pengembangan Validitas
Penelitian
yang dilakukan ini menggunakan
pengembangan validitas triangulasi seperti yang dikatakan Patton (dalam Sutopo,
2002: 78-79). Patton dalam hal ini menyebut adanya empat macam triangulasi yang
triangulasi data, triangulasi peneliti, dan triangulasi teoritis. Menurutnya
triangulasi adalah teknik yang didasari pada pola pikir fenomenologi yang
bersifat multiperspektif.
Lalu,
dalam penelitian ini menggunakan triangulasi data atau triangulasi sumber,
yaitu melihat suatu hal yang sama (persepsi mahasiwa terhadap tayangan One
Piece) dari berbagai perspektif yang berbeda. Triangulasi sumber yang digunakan
dalam penelitian ini yakni mahasiswa dengan bermacam-macam latar belakang.
Melalui triangulasi sumber akan diperoleh data yang lengkap, mendalam dan
komprehensif.
7. Teknis Analisis
Penelitian
yang akan dilakukan ini menggunakan teknik penelitian dengan model analisis
interaktif, yang mana setelah proses pengumpulan data dilakukan, selanjutnya
dilakukan reduksi data, sajian data, serta penarikan simpulan dan verifikasi (pembuktian). Lalu, dalam
pengaplikasian dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data yang didapatkan
di lapangan melalui wawancara untuk tiap narasumber, dan hasil dari rekaman
serta catatan kecil yang dibuat akan dideskripsikan secara lengkap dan
selanjutnya dilakukan refleksi untuk mengetahui apakah masih ada yang
kekurangan data atau tidak. Bila dirasa kurang lengkap, maka langkah awal
dilakukan lagi hingga peneliti mendapatkan data yang dirasa cukup, langkah
selanjutnya adalah dengan pengaturan kembali data dan reduksi (sortir) data,
sehingga mudah untuk mengelompokkan data mana saja yang bermanfaat untuk
membuat sajian dan penarikan simpulan.
Setelah
dibuat sajian yang lengkap lewat hasil reduksi yang telah dilakukan tadi,
peneliti bisa menarik kesimpulan awal. Bila dalam proses ini masih ada data
yang dirasa kurang, peneliti bisa kembali melakukan langkah turun ke lapangan
lagi untuk menggali informasi lebih dalam. Bila dirasa sudah lengkap, maka
hasil sajian data tersebut bisa digunakan untuk dasar menarik simpulan akhir.
8. Prosedur Kegiatan
Kegiatan
penelitian yang dilakukan secara
keseluruhan menggunakan prosedur sebagai berikut:
a.
Persiapan
• Menentukan informan atau narasumber yang dipilih
dari mahasiswa Ilmu Komunikasi USM, terutama yang menggemari anime Jepang
• Membuat pedoman penyusunan penelitian dan jadwal
sebagai acuan penelitian
b.
Pengumpulan Data
• Mengumpulkan data di lokasi studi yang sudah
ditentukan lewat observasi, wawancara mendalam, mencatat dokumen, dan
perekaman.
• Melakukan review dan pembahasan data yang telah
dikumpulkan dengan melakukan refleksi
c.
Analisis Data
• Melakukan analisis awal setelah data dari
narasumber lengkap
• Mengembangkan bentuk sajian data dengan menyusun
coding (sandi-sandi pesan) bagi kepentingan analisis selanjutnya
• Melakukan verifikasi, pengayaan, dan pengalaman
data kembali dengan fokus
• Melakukan analisis, semua hasil analisa disatukan
dan dikembangkan struktur sajian data bagi penyusunan laporan
• Merumuskan simpulan akhir sebagai temuan hasil
penelitian
d.
Penyusunan Laporan Penelitian
• Menyusun laporan awal
• Review laporan
• Perbaikan laporan dan penyusunan laporan akhir
penelitian
e.
Waktu Yang Diperlukan
• Persiapan :
1 bulan
• Pengumpulan data :
3 bulan
• Analisis data
: 1 bulan
• Penyusunan laporan : 1,5 bulan
Penelitian
ini akan memakan waktu 6,5 bulan dan dilaksanakan mulai dari bulan Maret 2016
hingga pertengahan bulan Oktober 2016.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Departemen
Pendidikan Nasioal Republik Indonesia. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta.
H.B.
Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta : UNS Press. Hessel
Nogi .S T. 2005. Manajemen Publik. Jakarta : PT. Grasindo.
Littlejohn,
Stephen W dan Karen A. Foss. 2009. Teori Komunikasi; Theories of Human
Communication (edisi 9 terjemahan bahasa Indonesia oleh Muhammad Yusuf Hamdan).
Jakarta. Penerbit Salemba Humanika.
Mulyana,
Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung. PT. Remaja Roasdakarya.
Rakhmat,
Jalaluddin. 1985. Psikologi Komunikasi. Bandung. PT. Remaja Roasdakarya.
Soyomukti,
Nurani. 2010. Pengantar Ilmu Komunikasi. Yogyakarta. Ar-Ruzz Media.
Sudiana,
Dendi. 1986. Komunikasi Periklanan Cetak. Bandung: CV Remaja Rosdakarya.
Undang-Undang
RI Nomor 44 tahun 2008 tentang Pornografi dan Penjelasannya (Cet. II;
IndonesiaTera: Jakarata, 2009).
Windhu,
Marsana. 1992. Kekuasaan dan Kekerasan Menurut Johan Galtung. Jakarta:
Kanisius.
Web:
https://id.wikipedia.org/wiki/Anime.
Diakses pada 28 Desember 2015 pukul 13.45 WIB
https://id.wikipedia.org/wiki/One_Piece.
Diakses pada 29 Desember 2015, pukul 11.13 WIB
http://pakdhegirang.blogspot.co.id/.
Diakses pada 29 Desember 2015, pukul 12.43 WIB
http://www.kaskus.co.id/thread/50b50a17e474b4845700012a/artikel-sejarah-anime-di-indonesia-bagian-i-tahun-1980-1989.
Diakses pada 31 Desember 2015, pukul 16.33 WIB
https://amellyasilver.wordpress.com/sejarah-anime-di-indonesia/.
Diakses pada 31 Desember 2015, pukul 18.03 WIB
PROPOSAL
PENELITIAN KUANTITATIF
STUDI EKSPERIMEN PENGARUH PENERAPAN
METODE PAIKEM (JOYFULL LEARNING) PADA
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DALAM MENINGKATKAN RASA MINAT BACA DAN BELAJAR
TERHADAP SISWA KELAS VII SMPN 2 PACITAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015
DONI
SETIOKO JARVERI
NIM:
1388201010
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN
GURU REPUBLIK INDONESIA
PACITAN
2015
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................... 1
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah …………………………………………………..2
B.
Identifikasi Masalah………………………………………………………..3
C.
Pembatasan Masalah……………………………………………………….3
D.
Rumusan Masalah………………………………………………………….4
E.
Tujuan Penelitian…………………………………………………………..4
F.
Manfaat Penelitian…………………………………………………………4
II.
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan
Pustaka ............................................................................................... 5
B. Kajian
Hasil Penelitian....................................................................................... 7
C. Kerangka
Berpikir.............................................................................................. 8
D. Hipotesis
Penelitian........................................................................................... 8
III.
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis
dan Desain Penelitian................................................................................ 9
B. Desain
Penelitian............................................................................................... 9
C. Tempat
dan Waktu Penelitian.......................................................................... 10
D. Populasi
dan Sampel........................................................................................ 11
E. Variable
Penelitian........................................................................................... 12
F. Teknik
dan Instrumen Pengumpulan Data...................................................... 12
G. Validitas
dan Reabilitas................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 25
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Dalam kegiatan belajar
mengajar yang seperti ini kegiatan mandiri dianggap tidak ada maknanya, karena
guru adalah orang yang serba tahu dan menentukan segala hal yang dianggap
penting bagi siswa. Sistem penuangan lebih mudah pelaksanaannya bagi guru dan
tidak ada masalah atau kesulitan,guru cukup mempelajari materi dari buku, lalu
disampaikan kepada siswa atas dasar prinsip-prinsip tersebut, maka pembelajaran
di sekolah hendaknya mengaktifkan peserta didik tidak hanya secara mental
sehingga mampu menjadi warga negara yang kritis, kreatif, dan partisipatif
terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara."
Pembelajaran aktif,
inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (paikem) adalah salah satu strategi
untuk menciptakan suasana belajar yang menarik dan menyenangkan siswa, sehingga
siswa termotivasi untuk aktif dan kreatif dalam proses belajar mengajar.
Pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (Paikem) adalah
satu konsep yang membantu guru-guru menghubungkan isinya mata pelajaran dengan
situasi keadaan di dunia (real world) dan memotivasikan siswa untuk lebih paham
hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya kepada hidup mereka sebagai anggota
keluarga, masyarakat, dan karyawan-karyawan.
Dalam Paikem ini,
terdiri dari pembelajaran aktif, aktif yang dimaksudkan bahwa dalam proses
pembelajaran guru harus menciptakan suasana yang mampu merangsang siswa
sehingga siswa aktif bertanya, mengemukakan gagasan atau ide. dari keaktifan
siswa ini maka dapat mengembangkan kreativitas, menyenangkan adalah suasana
belajar gembira yang mana dengan suasana belajar yang menyenangkan maka
perhatian siswa akan tertumpu pada belajar. Aktif dan menyenangkan tidaklah
cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, jika pembelajaran hanya aktif dan
menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran itu tidak ubahnya seperti
bermain. Pembelajaran yang efektif antara lain ditandai dengan : (1) Siswa
sebagai subjek didik; (2) Metode mengajar yang beragam; (3) Menghindari
verbalistik; dan (4) Variasi pembelajaran (Nursito, 2002 : 48).
Pembelajaran Metode
Paikem Di Smpn 2 Pacitan pada saat
proses belajar mengajar berlangsung guru masih sering menggunakan metode
tradisonal tepatnya metode ceramah. Kegiatan belajar mengajar dalam kelas
tersebut kurang begitu komunikatif dikarenakan guru masih mendominasi kelas,
sehingga motivasi dan keaktifan peserta didik kurang, yang mengakibatkan
peserta didik banyak yang bermain-main dan tidur-tiduran disela-sela
pembelajaran dan kurangnya keberanian peserta didik dalam menanyakan hal-hal
yang masih belum mereka pahami dalam pembelajaran yang sedang berlangsung, dari
fenomena tersebut dapat disimpulkan bahwa kreativitas siswa masih belum
terlihat.
Disadari atau tidak
disadari dunia pendidikan pada saat ini khususnya di Indonesia mengalami
masalah antara lain menurunnya kualitas pendidikan dan mutu pendidikan yang
masih rendah. Oleh karena itu menurunnya kualitas pendidikan merupakan tanggung
jawab kita bersama sebagai guru ( pendidik ). Untuk mencapai tujuan pendidikan
yang baik guru harus berbuat yang terbaik dalam pendidikan menurut prosedur
yang ada dan juga harus ada dukungan dari dari berbagai pihak.
Di sinilah kita sebagai
seorang pendidik perlu memadukan antara faktor lingkungan dengan faktor alami
peserta didik atau faktor dari dalam diri dengan faktor dari luar peserta
didik. Faktor dari dari dalam diri siswa dapat dipengaruhi oleh minat belajar,
minat membaca, motivasi diri, kecerdasan dan intelektual. Sedangkan faktor dari
luar siswa dapat dipengarui oleh motivasi dari guru, metode pembelajaran, model
pembelajaran, dan media pembelajaran.
Faktor potensi dalam
diri anak yang tidak kalah penting adalah minat belajar anak – anak yang kurang
memiliki minat membaca maka dapat teraplikasikan pada pencapaian tujuan
pembelajaran yang menurun atau hasil belajar yang menurun. Dalam penelitian ini
peneliti mendapatkan atau menemukan kebanyakan siswa mempunyai minat baca yang
rendah dalam menyelesaikan soal cerita.
Berhasil atau tidaknya
suatu pendidikan dapat dipengaruhi oleh peran pendidik dan peserta didik, di
mana guru mempengarui siswa dan siswa juga mempengaruhi guru dengan demikian
ada hubungan timbal balik diantara keduanya.
B.
Identifikasi Masalah
Sesuai dengan latar
belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, beberapa masalah dalam
penelitian diidentifikasi sebagai berikut.
1. Guru belum menggunakan media pembelajaran
yang aktif dan efektif dalam pembelajaran bahasa indonesia
2. Rendahnya kemampuan berpikir tingkat
tinggi siswa kelas VII SMP Negeri 2 Pacitan.
3. Guru dalam mengajarkan materi pembelajaran
kompetensi,sikap,dan perilaku hanya
menggunakan metode paikem dan pemecahan masalah.
4. Pengaruh tingkat kreatifitas terhadap
pola pikir yang tinggi siswa yang belum diketahui
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah dan identifikasi masalah dapat diketahui bahwa topik
penelitian ini mempunyai permasalahan yang luas, sehingga perlu adanya
pembatasan masalah agar permasalahan yang diteliti terfokus. Permasalahan yang
akan diungkapkan dalam penelitian ini dibatasi pada ada tidaknya pengaruh daya
pikir kreatif yang tinggi terhadap minat belajar dan hasil belajar pada siswa
kelas VII SMP 2 Negeri Pacitan.
D.
Rumusan Masalah
Sesuai dengan batasan
masalah diatas, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah pelaksanaan metode paikem
bagi siswa kelas VII SMPN 2 Pacitan?
2. Bagaimanakah untuk menumbuhkan rasa minat
dan baca terhadap pembelajaran bahasa Indonesia bagi siswa kelas VII SMPN 2
Pacitan?
3. Adakah pengaruh penerapan metode paikem
dengan tanpa menggunakan metode paikem terhadap bagi siswa kelas VII SMPN 2 Pacitan ?
E.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki
tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan melaporkan
pelaksaanaan metode paikem pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Pacitan.
2. Untuk mendeskripsikan menumbuhkan rasa
minat baca dan belajar yang dimiliki siswa kelas VII SMP Negeri 2 Pacitan terhadap penerapan metode paikem.
3. Untuk mengetahui pengaruh metode paikem
terhadap menumbuhkan rasa minat dan belajar pada siswa kelas VII SMP Negeri 2
Pacitan.
F.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki
manfaat sebagai berikut.
1.
Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini
diharapkan mampu memberikan tambahan pengetahuan dalam teori pembelajaran
bahasa indonesia, khususnya untuk menumbuhkan rasa minat baca dan belajar dengan
menggunakan metode paikem .
2.
Manfaat Praktis
a. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat
memotivasi siswa dalam meningkatkan kemampuan untuk menumbuhkan lagi rasa minat
baca dan belajar terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di sekolahnya dengan
menggunakan metode paikem.
b. Bagi pihak sekolah, hasil penelitian ini
dapat digunakan sebagai pengembangan proses pengajaran bahasa dan sastra
Indonesia dalam meningkatkan rasa minat baca dan belajar bagi para siswa untuk
dapat bersaing dengan siswa lainya pada kelas VII SMP 2 Pacitan .
c. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat
memberikan pemikiran yang kreatif dan menambah wawasan tentang metode paikem
terhadap prestasi hasil belajar pada siswa.
d. Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah
pengetahuan penulis. Selain itu, penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana
mengaplikasikan teori-teori yang diperoleh pada saat perkuliahan dengan
menganalisis permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.
II.
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
a. Karakteristik Siswa Kelas VII SMP
Siswa kelas VII sekolah
menengah pertama dapat di kategorikan sebagai anak usia remaja awal.pada
umumnya ketika usia remaja awal.di dalam menurut jean piaget cara berfikir yang
kausatif, hal ini menyangkut tentang hubungan sebab akibat. remaja sudah mulai
berfikir kritis sehingga ia akan melawan bila orang tua,guru,lingkungan,masih
menganggapnya sebagai anak kecil.
Pada dasarnya anak
dalam usia 12-16 tahun (dalam Zulkifli, 2009: 19) mereka menaruh perhatiannya pada dunia luar,
selalu aktif dalam kegiatan lingkungan, suka bertanya karena perhatianya sangat
tajam, ingatannya sangat kuat dan kemauan belajarnya sangat kuat. mereka tidak
akan terima jika di larang melakukan sesuatu orang yang lebih tua tanpa di
berikan penjelasan yang logis (dalam Zulkifli, 2009: 21).
Para remaja tidak lagi
menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu
dengan menggunakan pemikiran mereka sendiri.dengan kemampuan ini operasional
formal ini,para remaja ini mampu mengadaptasikan dengan lingkungan sekitar
mereka.
Berdasarkan pengertian
di atas dapat disimpulkan bahwa anak kelas VII SMP memiliki karakteristik
memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak.
b. Pengertian Belajar
Belajar menurut R Hill
Gard (Drs Moh Ismail : 5) adalah suatu proses dimana ditimbulkan/diubahnya
suatu kegiatan baru untuk mereduksi suatu keadaan. Perubahan itu tidak
disebabkan oleh reaksi pertumbuhan (kematangan) atau keadaan yang sementara
(kelelahan/pengaruh obat).
Belajar tidak hanya
dapat dilakukan di sekolah saja, namun dapat dilakukan dimana-mana, seperti di
rumah ataupun dilingkungan masyarakat. Irwanto (1997:105) berpendapat bahwa
belajar merupakan proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu dan
terjadi dalam jangka waktu tertentu.
Sedangkan menurut
Mudzakir (1997:34) belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan
mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku,
sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.
Di dalam belajar, siswa
mengalami sendiri proses dari tidak tahu menjadi tahu, karena itu menurut
Cronbach (Sumadi Suryabrata,1998:231) :
Belajar dapat dikatakan
berhasil jika terjadi perubahan dalam diri siswa, namun tidak semua perubahan
perilaku dapat dikatakan belajar karena Belajar yang sebaik-baiknya adalah
dengan mengalami dan dalam mengalami itu pelajar mempergunakan pancainderanya.
Pancaindera tidak terbatas hanya indera pengelihatan saja, tetapi juga berlaku
bagi indera yang lain.”
Berdasarkan dari uraian
di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan siswa untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, secara sengaja, disadari dan perubahan tersebut relatif menetap
serta membawa pengaruh dan manfaat yang positif bagi siswa dalam berinteraksi dengan
lingkunganya.
c. Hasil prestasi belajar
Prestasi belajar
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penguasaan atau keterampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau
angka nilai yang diberikan guru. Prestasi dalam bahasa inggris adalah
(achievement) yang berarti suatu hasil pekerjaan.
Hasil belajar merupakan
suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat
evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak
pengiring. Kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan siswa. ( Muslihati 2005 ).
Menurut Woordworth
(dalam Ismihyani 2000), hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai
akibat dari proses belajar. Woordworth juga mengatakan bahwa hasil belajar
adalah kemampuan aktual yang diukur secara langsung. Hasil pengukuran belajar
inilah akhirnya akan mengetahui seberapa jauh tujuan pendidikan dan pengajaran
yang telah dicapai.
Dari teori-teori
tersebut dapat diambil kesimpulan mengenai hasil belajar. Prestasi atau hasil
belajar merupakan kemampuan belajar individu melalui berbagai perubahan tingkah
laku yang diperoleh dari usaha-usaha, latihan dan pengalaman dalam kegiatan
belajar mengajar.
Dalam penelitian ini
yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil yang dicapai siswa dalam
menentukan taraf kemampuan siswa selama mengikuti program belajar dalam waktu
tertentu atau hasil yang dicapai selama mengikuti pelajaran dalam periode
tertentu yang dinyatakan dengan angka.
d. Minat Baca
Siswa di dalam menuntut
ilmu di sekolah mempunyai kebebasan untuk mendapatkan sumber informasi selain
dari guru di sekolah. Salah satu cara yang dapat ditempuh oleh siswa untuk
mendapatkan informasi dengan kegiatan membaca.
Membaca merupakan
peristiwa penangkapan dan pemahaman aktivitas jiwa yang tertuang dalam bentuk
bahasa tulis dengan tepat dan cermat. Berdasarkan beberapa pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan kegiatan mengambil makna kata yang
tertulis melalui komunikasi antara pembaca dan apa yang dibaca. Sunarti
(1990:29).
Pekerjaan akan terasa
lebih mudah untuk dilaksanakan jika kita memiliki minat untuk melaksanakan
aktivitas tertentu.
Minat adalah suatu rasa
lebih suka dan rasa keterkaitan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang
menyuruh Slameto (1995:180).
Bahwa minat adalah
kecenderungan yang agak menetap dalam subyek, merasa tertarik pada bidang atau
hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Minat berhubungan
dengan perhatian.
Jadi minat baca
merupakan kesadaran para peserta didik membaca buku-buku sebagai sumber
pengetahuan, kerelaan yang menuntut siswa harus membaca, yang dirasa senang,
sungguh-sungguh, aktif dan konsisten dalam melakukan aktivitas membaca
disertai.
B. Kajian Hasil Penelitian
Dalam sub bab ini di
jelaskan bahwa,seorang peneliti harus perlu menelusuri salah satu atau beberapa
hasil penelitian yang telah di lakukan dengan menggunakan metode paikem guna
untuk menumbuhkan rasa minat dan baca tehadap prestasi hasil belajar siswa.
Di dalam penerapan
metode paikem pada pembelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas VII SMPN 2
Pacitan Tahun Pelajaran 2014/2015 untuk dapat meningkatkan pemahaman materi dan
berpikir secara logis dan kritis untuk dapat memecahkan masalah-masalah yang di
hadapi.
Maka sebaliknya, dalam
suatu kelas yang tidak menerapkan metode paikem pada pembelajaran bahasa
Indonesia maka akan kesulitan dan susah untuk memecahkan suatu masalah yang
akan di hadapi.dan rasa untuk menumbuhkan rasa minat dan baca akan kurang
pengetahuan yang akan di dapat para siswa.dan oleh karena itu dari para
guru,dan para peneliti tersebut akan mengetahui hasil prestasi hasil belajar
dari tiap-tiap kelas VII SMPN 2 Pacitan secara keseluruhan, mana yang lebih
baik dan mana yang mendapat kan nilai yang tidak memuaskan bagi siswa tersebut.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan deskripsi
di atas maka dapat diambil suatu kerangka berpikir untuk hubungan antara
variabel bebas dan terikat. Berikut ini kerangka berpikir hubungan antara
variabel bebas dan terikat.
1. Hubungan antara minat baca siswa dengan
prestasi hasil belajar siswa.
Minat baca merupakan
kesadaran para peserta didik membaca buku-buku sebagai sumber pengetahuan,
kerelaan menerima tugas-tugas yang menuntut siswa harus membaca, yang dirasa
senang, sungguh-sungguh, aktif dan konsisten dalam melakukan aktivitas membaca
disertai harapan akan memperoleh pengetahuan.
Bahwa dapat di
simpulkan terdapat hubungan yang berbanding lurus dan signifikan antara minat
baca dengan prestasi belajar. Khairani Khaidir (1996) & Masti’ah (1995).
Membaca bisa meningkatkan pengetahuan dan
materi yang telah dipelajari. Pengetahuan ini akan mendukung siswa untuk
menerima pengetahuan yang selanjutnya. Apabila dalam diri siswa sudah tumbuh
kesadaran untuk membaca maka prestasi belajar akan meningkat.
2. Hubungan antara metode paikem dengan minat
dan baca siswa terhadap prestasi hasil belajar.
Metode paikem berarti pada pola pembelajaran
yang aktif, inovatif ,kreatif, efektif, dan menyenangkan terhadap pembelajaran
bahasa Indonesia.metode paikem bertujuan untuk menciptakan suatu lingkungan
belajar yang lebih melengkapi siswa dengan keterampilan-keterampilan,
pengetahuan dan sikap bagi kehidupanya kelak.
Membaca akan
meningkatkan pengetahuan dan materi yang telah kita pelajari. Pengetahuan ini
akan mendukung siswa untuk menerima pengetahuan yang selanjutnya. Apabila dalam
diri siswa sudah tumbuh kesadaran untuk membaca maka prestasi belajar akan
meningkat.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir
maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Ada hubungan antara metode paikem dengan
prestasi hasil belajar bagi siswa kelas VII SMPN 2 Pacitan.
2. Ada hubungan antara minat baca siswa
dengan prestasi hasil belajar bagi siswa kelas VII SMPN 2 Pacitan.
3. Ada hubungan antara tanpa menerapkan
metode paikem dengan prestasi hasil belajar bagi siswa kelas VII SMP N 2
Pacitan.
III.
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian adalah
terjemahan dari kata Inggris research. Research itu berasat dari kata re yang
berarti “kembali” dan to search yang berarti ”mencari”. Dengan demikian ari
sebenarnya dari research atau riset adalah “mencari kembali”.
Menurut ilmuwan Dewey
(1936) penelitian adalah transformasi yang terkendalikan atau terarah dari
situasi yang dikenal dalam kenyataan – kenyataan yang ada padanya dan
hubungannya, seperti mengubah unsur dari situasi orisinal menjadi suatu
keseluruhan yang bersatu padu.
Penelitian meliputi
pemberian definisi dan redefinisi terhadap masalah, memformulasikan hipotesis
atau jawaban sementara, membuat kesimpulan dan sekurang-kurangnya mengadakan
pengujian yang hati-hati atas semua kesimpulan untuk menentukan apakah ia cocok
dengan hipotesis.
Dari pengertian
penelitian yang di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa penelitian suatu
kegiatan yang di lakukan secara objektif yang hati-hati dan kritis tentang
suatu objek untuk memperoleh fakta dari kegiatanya dan menemukan sesuatu yang
baru.
Dalam penelitian ini
menggunakan penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang berlandasan pada
filsafat positive, di gunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penilaian, analisis data
bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang
telah di ujikan.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian
adalah rencana dan struktur penyelidikan yang disusun demikian rupa sehingga
penelitian akan dapat memperoleh jawaban untuk pertanyaan – pertanyaan
penelitiannya ( Fred N. Kerlinger, 2006 : 483 ).
Desain pelaksanaan
penelitian meliputi proses membuat percobaan atau pengamatan dari seorang calon
guru untuk menentukan pemilihan dalam pengukuran- pengukuran variabel. Untuk
dapat memilih prosedur dan teknik sampling. alat- alat untuk mengumpulkan data
kemudian coding,editing,dan memproses data yang di kumpulkan.
Moh. Nazir mengkutip
dalam Suchman (1967) bahwa desain penelitian dapat dibagi sebagai berikut:
desain sampel, desain alat (instrument), desain administrasi, dan desain
analisis.
1. Desain Sampel
Sampel diperoleh dengan
cara random sampling dari seluruh jumlah populasi, yang dibagi atas sampel
untuk tempat penelitian dan sampel tempat uji coba.
2. Desain Instrumen
Desain instrumen adalah
alat untuk mengumpulkan data. desain instrumen sangat menentukan sekali dalam
pengujian hipotesis. Adapun alat yang digunakan dalam mengumpulkan data dalam
penelitian ini adalah teknik angket dan teknik test.
Teknik angket digunakan
untuk memperoleh informasi sebagaian besar kurang memiliki rasa minat dan
belajar terhadap prestasi hasil belajar.Teknik test digunakan untuk memperoleh
data hasil belajar siswa mata pelajaran Bahasa Indonesia tentang proses
pembelajaran yang aktif dan menyenangkan untuk mencapai tujuan yang telah di
tetapkan sebelumnya.
3. Desain Analisis
Analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda, yaitu analisis dua
variabel bebas terhadap satu variabel terikat.
Di mana variabel bebas
terdiri atas Minat Baca (X1) dan Prestasi Hasil Belajar (X2) terhadap variabel
terikat yaitu Hasil Belajar Bahasa Indonesia siswa Smp Kelas VII (Y).
C.
Tempat,
dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini
dilakukan di SMP N 2 Pacitan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015.
2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama 4
bulan, di mulai bulan Maret 2015 sampai bulan Juni 2015.
3. Jadwal Penelitian
Dalam sub-bab ini
peneliti melengkapi dengan memberikan data mengenai jadwal kegiatan penelitian
yang dilaksanakan oleh peneliti, agar lebih mudah di pahami penulis memberikan
tabel-tabel seperti dibawah ini :
D.
Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah
sekumpulan orang, hewan, tumbuhan atau benda yang mempunyai karakteristik
tertentu yang akan diteliti (Endang, 2013:10). Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas subyek atau obyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang diterapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulan (Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D, (Bandung: CV. Alfabeta, 2009), Cet. Ke-7, hlm. 80.)
Populasi dalam
penelitian ini adalah siswa/i kelas VII Di SMP N 2 Pacitan.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian
dari populasi yang karakteristiknya hendak diteliti, (Siswanto, 2012: 43).
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Apabila populasi besar, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang
diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel, kesimpulanya dapat
diberlakukan untuk populasi. Oleh karena itu sampel yang diambil dari populasi
harus representative atau mewakili (Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D, (Bandung: CV. Alfabeta, 2009), Cet. Ke-7, hlm.81).
Sampel dari penelitian
ini adalah seluruh siswa/I kelas VII di SMPN 2 Pacitan yang berjumlah 42 orang
anak. Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel dengan melibatkan semua siswa
dalam 1 kelas karena dalam satu kelas ini jumlah siswa/i kurang dari 100
(Menurut Suharsini Arikunto, apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik
diambil semuanya sehingga penelitianya merupakan penelitian populasi,
selanjutnya jika subyeknya besar dapat diambil 10% - 15% atau 20% - 25% atau
lebih).
E.
Variabel
Penelitian
Variabel penelitian
adalah Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, (Bandung: CV. Alfabeta,
2008), Cet. Ke-13, hlm.2-3).
1)
Variabel Bebas (independent)
a) Penerapan Metode Paikem Pada Pembelajaran
Bahasa Indonesia.
2)
Variable Terikat (dependent)
a) Minat Dan Baca Belajar.
b) Prestasi Hasil Belajar.
F. Teknik Dan Instrumen Pengumpulan
Data.
1) Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian
ini dikumpulkan dengan menggunakan beberapa teknik, diantaranya:
a) Teknik Tes
Ialah
seperangkat rangsangan stimulun yang di berikan kepada seseorang dengan maksud
untuk mendapat jawaban yang dapat di jadikan dasar bagi penetapan skor angka.
a. Tes Lisan
Yaitu
tes yang berupa sejumlah pertanyaan yang di ajukan secara lisan tentang
aspek-aspek yang ingin di ketahuinya keadaan nya juga.
Ø Fungsi tes pada penelitian ini adalah:
Untuk
bisa menjawab pertanyaan yang di ajukan oleh gurunya pada peserta didiknya.
b. Tes Tulis
Yaitu
tes yang berupa sejumlah pertanyaan yang di ajukan secara tertulis tentang
aspek-aspek yang ingin di ketahui keadaannya dari jawaban yang di tuliskan
tersebut.
Ø Fungsi tes pada penelitian ini adalah:
Untuk
melatih tulisan kepada peserta didik agar mampu menguasai apa yang di tuliskan
tersebut.
b).
Teknik Kuesioner (Angket)
Teknik
kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden (Suharsimi Arikunto, Prosedur, hlm. 151.).
Teknik
ini digunakan untuk mencari data tentang kondisi atau Pengaruh Penggunaan
Metode Paikem terhadap Prestasi Hasil Belajar. Adapun yang menjadi responden
adalah siswa kelas VII SMPN 2 Pacitan.
c).
Teknik Dokumentasi
Yaitu
jumlah besar data yang telah tersedia berupa data-data verbal seperti terdapat
dalam surat-surat, catatan harian, memori, laporan-laporan dan sebagainya
(Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 1994), hlm. 46.).
Teknik
dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh keterangan atau data yang bersifat
dokumentatif, misalnya: foto, arsip, surat, Letak Sikap Dan Moral Siswa,
catatan-catatan sekolah seperti daftar siswa, struktur organisasi, personalia
guru, dan keadaan siswa SMPN 2 Pacitan.
2). Instrumen Pengumpulan Data
Adalah merupakan alat bantu yang di
pilih dan di gunakan oleh seorang peneliti dalam kegiatannya untuk mengumpulkan
agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan di permudah olehnya.
a) Tes Keterampilan Mengukur pembelajaran
aktif tiap peserta didik
Ø Tes Ini di gunakan untuk melibatkan aktivitas
peserta didik dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk di bahas
dan di kaji dalam proses pembelajaran di kelas. dan para peserta didik mampu
mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam yang di lakukan pada
pembelajaran di kelas tersebut.
Ø Bentuknya adalah tertulis, yaitu terdiri dari
menganalisis dan menyinstesiskan, dan serta melakukan penilaian berbagai
peristiwa belajar, dan juga menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Ø Sebelumnya,di buat kisi-kisinya, memuat
beberapa indikator,yaitu
Guru
lebih memposisikan dirinya sebagai fasilitator.
Peserta
didik terlibat secara aktif dan banyak berperan dalam proses pembelajaran.
Guru
juga lebih banyak memberikan arahan dan bimbingan,serta mengatur jalannya
proses pembelajaran.
Ø Sebelum di gunakan, instrumen di validasi
dulu 3 validasi yaitu orang yang memiliki keahlian pada bidang yang mampu
menguasai dan melakukan praktik langsung di depan para peserta didiknya
tersebut, dan mampu menguasai teknik-teknik dalam proses pembelajaran yang di
ajarkan tersebut.agar peserta didik mampu mengimplementasikan pembelajaran
tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari.
b.)
Angket
Motivasi
Instrument
ini terdiri dari 36 pertanyaan menngenai minat dan baca belajar pada siswa.
angket motivasi yang di gunakan untuk mengacu pada model Arcs karya john keller
yang sudah di berikan oleh direktorat jenderal pendidikan tinggi- departemen
pendidkan nasional dalam mengembangkan program pekerti (peningkatan
keterampilan dasar teknik instruksional) ( gintings,2008).
G.
VALIDITAS
DAN RELIABILITAS
Validitas adalah suatu
langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi (content) dari suatu instrumen,
dengan tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen yang digunakan dalam suatu
penelitian
Tujuan dari validitas
adalah Mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen
pengukuran dalam melakukan fungsi ukurnya. agar data yang diperoleh bisa
relevan/sesuai dengan tujuan diadakannya pengukuran tersebut.
A. Validitas untuk mengukur tingkat kemampuan
siswa
1. Dibuat definisi tentang minat
2. Dijabarkan apa saja dimensi minat. (bila
lebih dari satu dimensi)
3. Apa saja indikator dari tiap dimensi
minat
4. Disusun pernyataan yang akan dimintakan
jawabannya dari siswa
5. Dibuat pilihan jawaban, dengan skala :
TP = tidak pernah JR = jarang KD =
kadang-kadang SR = sering SL = selalu.
Contoh langkah
pengembangan indikator dan penyiapan pernyataan/pertanyaan untuk mengukur minat
dan baca pada pembelajaran bahasa indonesia
adalah sebagai berikut :
VARIABEL
|
DIMENSI
|
INDIKATOR
|
PERNYATAAN
|
PILIHAN
|
||||
TP
|
JR
|
KD
|
SR
|
SL
|
||||
Minat dan Baca terhadap pembelajaran bahasa Indonesia pada
peserta didik untuk mengetahui tentang proses pembelajaran yang
aktif,kreatif,
dan aktif di dalam kelas.
|
Verbal
|
Informasi
|
Saya
menginformasikan hal-hal yang berkait dengan Proses pembelajaran bahasa
Indonesia kepada teman-teman jika ada kesempatan.
|
ü
|
||||
Bertanya
|
Saya menanyakan
kepada guru Bahasa Indonesia tentang hal-hal yang berkaitan dengan mata
pelajaran tersebut.
|
|||||||
Bercerita
|
Saya bercerita
tentang bagaimana proses pembelajaran bahasa Indonesia dengan metode paikem
kepada peserta didik.
|
|||||||
Diskusi
|
Saya mendiskusikan
tentang penerapan metode paikem kepada peserta didik terhadap pembelajaran
bahasa Indonesia tersebut.
|
Nonverbal
|
Membaca
|
Saya menyempatkan
diri membaca artikel/karangan di majalah/surat kabar yang berkait dengan
pengaruh penerapan metode paikem pada pembelajaran bahasa Indonesia.
|
|||||
Mendengar
|
Saya mendengarkan
informasi di radio yang bertemakan pendidikan hal-hal tentang proses
pembelajara bahasa Indonesia.
|
||||||
Dsb
|
Dsb
|
Dari rancangan di atas,
daftar pertanyaan yang siap diberikan kepada siswa adalah sebagai berikut.
Berilah jawaban dengan
memilih pilihan (membubuhkan tanda X) pada kolom TP jika tidak pernah Anda
lakukan, JR jika jarang dilakukan, KD jika kadang dilakukan, SR jika sering
dilakukan dan SL jika selalu Anda lakukan!
No
|
Pernyataan
|
Pilihan
|
||||
TP
|
JR
|
KD
|
SR
|
SL
|
||
1
|
Saya
menginformasikan hal-hal yang berkait dengan Proses pembelajaran bahasa
Indonesia kepada teman-teman jika ada kesempatan.
|
X
|
||||
2
|
Saya menanyakan
kepada guru Bahasa Indonesia tentang hal-hal yang berkaitan dengan mata
pelajaran tersebut.
|
X
|
||||
3
|
Saya bercerita
tentang bagaimana proses pembelajaran bahasa Indonesia dengan metode paikem
kepada peserta didik.
|
X
|
||||
4
|
Saya mendiskusikan
tentang penerapan metode paikem kepada peserta didik terhadap pembelajaran
bahasa Indonesia tersebut.
|
X
|
||||
5
|
Saya menyempatkan
diri membaca artikel/karangan di majalah/surat kabar yang berkait dengan
pengaruh penerapan metode paikem pada pembelajaran bahasa Indonesia.
|
X
|
||||
6
|
Saya mendengarkan
informasi di radio yang bertemakan pendidikan hal-hal tentang proses
pembelajara bahasa Indonesia.
|
X
|
||||
DST
|
Dst
|
B. Analisis Butir Soal
1) Analisis daya beda
Kemampuan
suatu butir soal dapat membedakan antara warga belajar/siswa yang telah
menguasai materi yang ditanyakan dan warga belajar/siswa yang
tidak/kurang/belum menguasai materi yang ditanyakan.
Fungsinya:
Untuk mengetahui seberapa jauh setiap butir soal dapat mendeteksi/membedakan
kemampuan siswa, yaitu siswa yang telah memahami atau belum memahami materi
yang diajarkan guru.
Rumusnya:
Ø Untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk
pilihan ganda adalah dengan menggunakan rumus berikut ini.
atau DP = daya pembeda
soal, BA = jumlah jawaban benar pada kelompok atas, BB = jumlah jawaban benar
pada kelompok bawah, N= jumlah siswa yang mengerjakan tes.
Ø Untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk
uraian adalah dengan menggunakan rumus berikut ini.
2) Analisis tingkat kesukaran
Peluang untuk menjawab
benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam
bentuk indeks.
Fungsinya
: untuk keperluan ujian semester digunakan butir soal yang memiliki tingkat
kesukaran sedang, untuk keperluan seleksi digunakan butir soal yang memiliki
tingkat kesukaran tinggi/sukar, dan untuk keperluan diagnostik biasanya digunakan
butir soal yang memiliki tingkat kesukaran rendah/mudah.
Rumusnya:
Untuk mengetahui tingkat kesukaran
soal bentuk uraian digunakan rumus berikut ini.
Hasil perhitungan
dengan menggunakan rumus di atas menggambar
kan tingkat kesukaran
soal itu.klasifikasi tingkat kesukaran soal dapat
di contohkan seperti
berikut ini
0,00 - 0,30 soal tergolong sukar
0,31 - 0,70 soal tergolong sedang
0,71 - 1,00 soal tergolong mudah
Tingkat kesukaran butir
soal dapat mempengaruhi bentuk distribusi total skor tes.untuk tes yang sangat
sukar (TK= < 0,25) distribusinya berbentuk positif skewed, sedangkan tes
yang mudah dengan TK= >0,80) distribusinya berbentuk negatif skewed.
3) Reliabilitas
Fungsi:
Menghitung reliabilitas skor tes adalah untuk mengetahui tingkat ketepatan
(precision) dan keajegan (consistency) skor tes.
Indeks reliabilitas
berkisar antara 0 - 1. Semakin tinggi koefisien reliabilitas suatu tes
(mendekati 1), makin tinggi pula keajegan/ketepatannya.
Rumusnya:
Ada 3 cara yang dapat
dilakukan untuk menentukan reliabilitas skor tes, yaitu :
1) Keajegan pengukuran
ulang: kesesuaian antara hasil pengukuran pertama dan kedua dari sesuatu alat
ukur terhadap kelompok yang sama.
2) Keajegan pengukuran
setara: kesesuaian hasil pengukuran dan 2 atau lebih alat ukur berdasarkan
kompetensi kisi-kisi yang lama.
3) Keajegan belah dua:
kesesuaian antara hasil pengukuran belahan pertama dan belahan kedua dari alat
ukur yang sama.
4) Angket
a) Validitas
adalah
suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi (content) dari suatu
instrumen, dengan tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen yang digunakan
dalam suatu penelitian.
√
Kriteria Telaah Angket
Contoh Format Penelaahan Butir Soal Bentuk Pilihan
Ganda
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VII/Semester Ganjil
Penelaah : Guru Bahasa Indonesia
Petunjuk pengisian
format penelaahan butir soal bentuk pilihan ganda:
Analisislah setiap
butir soal berdasarkan semua kriteria yang tertera di dalam format!
Berilah tanda cek (√)
pada kolom “ya” bila soal yang ditelaah sudah sesuai dengan kriteria
Berilah tanda cek (X )
pada kolom “tidak” bila soal yang ditelaah tidak sesuai dengan kriteria,
kemudian tuliskan alasan pada ruang catatan atau pada teks soal dan perbaikannya.
No.
|
Aspek yang Ditelaah
|
Nomor Soal
|
|||||||
1
|
2
|
3
|
|||||||
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
||||
A
1
2
3
4
B
5
6
7
8
9
10
C
11
12
13
14
|
Indikator Angket
Soal sesuai dengan indikator
Untuk menuntut tes tertulis untuk bentuk pilihan ganda
Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan sudah sesuai
Materi yang ditanyakan sesuai dengan kompetensi (urgensi, relevasi,
kontinyuitas, keterpakaian sehari-hari tinggi)
Konstruksi Isi
Pilihan jawaban homogen dan logis
Hanya ada satu jawaban yang logis
Pokok soal dirumuskan dengan singkat, jelas dan tegas
Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban
merupakan pernyataan yang diperlukan saja
Ada petunjuk yang jelas tentang cara pengerjaan soal.
Konstruksi Bahasa
Menggunakan bahasa indonesia yang sesuai dengan kaidah bahasa
Menggunakan bahasa Indonesia yang komunikatif
Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu
Pilihan jawaban tidak mengulang kata/kelompok kata yang sama, kecuali
merupakan satu kesatuan pengertian
|
√
√
√
√
√
√
√
√
|
X
X
X
X
X
X
|
√
√
√
√
√
√
√
√
|
X
X
X
X
X
X
|
√
√
√
√
√
|
X
X
X
X
X
X
X
X
X
|
||
Catatan:
Supaya para peserta
didik tersebut mampu untuk menyelesaikan tugas dari seorang gurunya
tersebut.dan para guru akan mampu mengetahui sebagaimana jauh kemampuan yang di
miliki oleh siswa-siswinya dalam menyelesaikan tugas yang di berikan oleh
gurunya tersebut.
b) Konsistensi internal
Pada pengukuran
konsistensi internal untuk di gunakan sebagai pengukuran satu kali pengadministrasian instrumen. Jadi
pada pengukuran konsistensi internal ini hanya diperlukan satu set soal.
Fungsinya: untuk sebagai alat ukur dalam sebuah
instrumen untuk menentukan metode-metode dalam sebuah satu set soal tersebut.
Rumusnya:
Keterangan: rXY
= Koefisien korelasi
N = Jumlah item soal.
X = Jumlah nilai soal ganjil yang
diperoleh setiap siswa.
Y = Jumlah nilai soal genap yang
diperoleh setiap siswa.
c) Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah
proses pengukuran terhadap ketepatan (konsisten) dari suatu instrument untuk
digunakan sebagai instrumen yang handal, konsistensi, stabil dan dependibalitas,
sehingga bila digunakan berkali-kali dapat menghasilkan data yang sama.
Fungsi: ini adalah
untuk menunjukkan konsistensi skor-skor yang diberikan skor satu dengan skor
lainnya.
Rumusnya:
C. Teknik Analisa Data
Adalah suatu proses
yang mengatur data dan mengorganisasikanya ke dalam suatu pola,kategori dan
satuan pada uraian dasar. Dan ia membedakanya dengan penafsiran yaitu
memberikan arti yang signifikan terhadap analisis dan juga mencari hubungan
antara dimensi-dimensi uraian tersebut.
1.
Uji keseimbangan
a. Uji normalitas data awal
Untuk
menguji apakah dalam model regresi variabel dependen dan variabel independen
keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.Model regresi yang sahih
(valid) adalah distribusi data normal atau mendekati normal(Santosa dan Ashari,
2005:12). Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan P-P Plot Test.
Dasar
pengambilan keputusannya adalah :
1.
Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonalnya, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2.
Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji homogenitas data awal
Untuk
sebagai mengetahui apakah varians dari populasi mempunyai varians dari populasi
yang mempunyai varians yang homogen atau tidak. Pasangan hipotesis dan
hipotesis tandingan yang di gunakan yaitu:
Tidak
terdapat perebedaan antara kelas eksperiemen dan kelas kontrol
Terdapat
perbedaan varians antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
maka
kriteria pengujiannya sebagai berikut:
1. Jika nilai signifikasi lebih kecil dari
0,05 maka di tolak.
2. Jika nilai signifikasi lebih besar dari
0,05 maka di terima.
c. Uji T atau Uji Z
Untuk
pengujian koefisien regresi masing-masing variabel independen terhadap variabel
dependen untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen.
Menurut Sugiyono (2012:
250), mencari uji t hitung:
√
Kriteria Pengambilan Keputusan
a.
H0 ditolak jika p-value < 0,05 dan t hitung > t tabel
b.
H0 diterima jika p-value > 0,05 dan t hitung < t tabel.
2. Uji Hipotesis
a. Uji Normalitas Data Akhir
Hipotesis
yang di ajukan:
Ho:
data sampel berdistribusi normal
H1:
data sampel tidak berdistribusi normal
Cara mengujinya adalah:
1) Data
X1,X2,X3,X4,X5,Xn yang diperoleh dari data yang terkecil hingga data yang
terbesar.
2) Data
X1,X2,X3,X4,X5,Xn yang dijadikan bilangan baku Z1,Z2,Z3,Z4,Z5,Zn.
dengan rumus sebagai
berikut:
Z1=
skor siswa yang di peroleh siswa yang ke pertama
R=
skor rata-rata.
S=
simpangan Baku
3) Kesimpulanya adalah
Ho lebih kecil dari H1itu diterima, sebaliknya Ho lebih besar daripada H1
hipotesis tersebut ditolak.
b.
Uji Homogenitas Data Akhir
Hipotesis yang akan di
uji adalah:
H0:µ1=µ2 hasil belajar
bahasa indonsia siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode paikem tidak
sama dengan hasil belajar bahasa Indonesia siswa tidak menggunakan metode
paikem pada pembelajarannya tersebut.
H1:µ1˃µ2 hasil belajar
bahasa Indonesia siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode paikem lebih
baik daripada hasil belajar matematika siswa tidak menggunakan pembelajaran
metode paikem tersebut.
µ1danµ2 merupakan
rata-rata populasi hasil prestasi belajar kelas sampel. Jika setelah melakukan
uji homogenitas data akhir di peroleh data distribusi normal dan variansi
homogen.
c. Uji T / Uji Z
Keterangan :
rata-rata kelas eksperimen
:
rata-rata kelas kontrol S
:
variansi kedua kelas sampel.
:
variansi kelas eksperimen.
:
variansi kelompok control
:
jumlah siswa kelas eksperimen
:
jumlah siswa kelas control
Kriteria pengujiannya
adalah tolak jika t ˃tabel,sebaliknya terima jika t hitung˂ t table dengan
derajat kebebasan (dk)= +- 2 pada α= 0.05.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi.
1995. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Djaali&Pudji Muljono. 2008. Pengukuran
Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo.
Sugiyono. 2006. Metode
Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Ku Suharto. 2009. Uji Validitas,
Reliabilitas, Instrumen, Penelitian. alitatif dan R&D. Bandung: Penerbit
Alfabeta.
Suharto. 2009. Uji Validitas, Reliabilitas,
Instrumen, Penelitian.
Sukadji, Soetarlinah.
2000. Menyusun dan Mengevaluasi Laporan Penelitian. Jakarta: UI-Press
3. PROPOSAL
PENELITIAN TKB
Proposal
penelitian kelompok saya tentang “Analisis Kualitas Website Pemerintahan
Kabupaten Kerinci Menggunakan Metode Webqual 4.0” termasuk dalam penelitian kuantitatif, dikarenakan dalam proses
pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan serangkaian instrument penelitian
berupa Koesioner. Data yang terkumpul kemudian didokumentasikan menggunakan
kategori kriteria yang sudah ditetapkan sebelumnya. Kualitas penelitian
kuantitatif ditentukan oleh banyaknyaresponden penelitian yang terlibat.
Comments
Post a Comment